Kisah Seorang Pria yang Terasing dari Dunia Luar di Hutan Amazon - SEWURI | Berita Dalam dan Luar Negeri

News

Post Top Ad

Your Ad Spot

Minggu, 22 Juli 2018

Kisah Seorang Pria yang Terasing dari Dunia Luar di Hutan Amazon


Sewuri - Sebuah rekaman video yang sangat langka mempertontonkan kegiatan seorang pria dari suku yang terasing di Brasil yang dijuluki "pria paling kesepian di dunia".

Pria yang diperkirakan berusia sekitar 50 tahun itu hidup seorang diri di dalam hutan Amazon, Brasil, selama kurang lebih 22 tahun, setelah seluruh anggota sukunya dilaporkan mati terbunuh.

Rekaman Video itu difilmkan dari kejauhan dan dirilis oleh Funai, sebuah lembaga bentukan pemerintah Brasil terkait penduduk asli, memperlihatkan seorang pria sedang memotong pohon dengan menggunakan sebilah kapak.

Rekaman video itu telah menyebar ke seluruh dunia, tetapi keberadaan pria ini bukanlah untuk sekedar memanjakan rasa ingin tahu orang-orang yang menontonnya saja. ada alasan lain dari tujuan direkamnya video Pria paling kesepian di dunia tersebut.

Kenapa sosok pria itu difilmkan?

Lembaga Funai telah memantau pria itu dari kejauhan sejak tahun 1996, dan mereka perlu memperlihatkan bahwa dia masih hidup untuk memperbarui peraturan pembatasan bagi orang-orang luar yang ingin mendatangi wilayah yang dia tempati, yaitu di Rondonia, yang berbatasan langsung dengan Bolivia.

Daerah tersebut mencakup luas wilayah sekitar 4.000 hektar serta dikelilingi oleh ladang-ladang yang dikelola pihak swasta dan sudah terjadi praktek penggundulan hutan.

Dengan adanya pengetatan aturan itu, diharapkan dapat mencegah siapa pun yang ingin masuk ke dalam wilayah tersebut yang dapat membahayakan keberadaan pria itu.

Konstitusi Brasil secara khusus menyebutkan bahwa penduduk asli memiliki hak atas tanah yang ditinggalinya.

"Mereka harus tetap membuktikan bahwa orang ini masih hidup," kata Fiona Watson, pimpinan lembaga penelitian dan advokasi Survival International, yang berdedikasi untuk melindungi hak-hak masyarakat suku terasing.

"Ada juga motivasi politik untuk merilis video itu," katanya kepada BBC. "Parlemen (Brasil) didominasi oleh kelompok bisnis; Anggaran untuk Funai telah dipangkas. Ada ancaman besar terhadap hak-hak kaum pribumi di Brasil."

Keberadaan para petani yang terus tumbuh di kawasan di sekitar lokasi suku terasing telah mengklaim kawasan itu milik mereka, kata lembaga Funai.

Seperti apakah sosok pria itu?

Hanya ada sedikit informasi yang didapat tentang latar belakang pria itu, walaupun pernah diungkap dalam berberapa laporan penelitian, liputan media dan salah satunya buku berjudul The Last of the Tribe: The Epic Quest to Save a Lone Man in the Amazon karya jurnalis AS Monte Reel.

Pria itu digolongkan sebagai orang yang tidak pernah melakukan kontak langsung dengan orang/dunia luar. Artinya tidak ada orang luar yang pernah berbicara dengannya, sejauh yang diketahui hingga saat ini.

Dia dipercaya sebagai satu-satunya orang pribumi yang selamat setelah enam kelompok suku di wilayah itu diserang oleh petani pada tahun 1995.

Latar belakang sukunya tidak pernah disebutkan, dan tidak diketahui bahasa apa yang digunakan dalam keseharian.

Selama bertahun-tahun, media di Brasil menjulukinya sebagai "the Hole Indian", karena dia membuat parit yang dalam, kemungkinan digunakan untuk menjerat binatang atau sebagai lokasi persembunyian-nya.

Dahulu, dia juga membuat pondok jerami dan perkakas buatan tangan, seperti obor dan panah.

Kenapa rekaman ini langka?

Hanya ada satu foto dari pria ini, namun gambarnya tidak jelas dan buram, tidak ada lagi foto dari pria tersebut hingga saat ini.

Foto itu diambil oleh seorang pembuat film yang bekerja sama dengan Funai dalam perjalanan untuk melakukan pemantauan dan diperlihatkan dengan durasi rekaman yang sangat singkat dalam film dokumenter Brasil pada 1998, Corumbiara.

Para aktivis mengatakan mereka senang serta terkejut saat melihat pria itu dalam kondisi sehat.

"Dia kondisinya sehat, masih melakukan aktivitas berburu, dan berkebun pepaya dan jagung," kata Altair Algayer, koordinator regional Funai, kepada The Guardian.

Lembaga Funai memiliki kebijakan untuk menghindarkan kelompok-kelompok suku terasing itu dengan dunia luar.

Mereka juga menekankan bahwa pria itu tidak ingin melakukan kontak dengan orang luar. Hal itu pernah ditunjukkan oleh pria tersebut dengan memanah orang-orang yang ingin menemui atau mendekatinya.

"Dia pernah mengalami kekerasan di masa lalu, dan dia menganggap dunia luar sebagai tempat yang sangat berbahaya," kata Fiona Watson, yang telah mengunjungi daerah itu dan melihat perkampungan orang-orang itu.

Kenapa pria itu dikatakan dalam bahaya besar?

Mayoritas orang-orang dari suku pria itu diperkirakan telah dibinasakan pada tahun 1970-an dan 80-an, setelah dibangun jalan raya di dekat lokasi mereka tinggal, yang menyebabkan peningkatan permintaan lahan demi tujuan bisnis.

Saat ini, para petani dan penebang liar masih menginginkan keberadaan tanah yang mereka tinggali.

Pria itu juga bakal menghadapi "pistoleros", sebuah istilah yang merujuk pada senjata api yang digunakan oleh kelompok bersenjata yang disewa untuk merebut tanah mereka.

Pada tahun 2009, perkampungan sementara yang didirikan oleh Funai pernah digeledah oleh kelompok bersenjata. Mereka menyebarkan ancaman di lokasi itu.

Hutan Amazon Brasil adalah rumah bagi suku-suku terasing, menurut Survival International.

Kontak dengan dunia luar juga beresiko bagi mereka, yang dapat berakibat kematian akibat penularan virus atau bakteri dari dunia luar.

"Di satu sisi kita tidak perlu tahu segala hal tentang dia," kata Watson mengomentari sosok pria itu.

"Tapi keberadaan dia adalah simbol dari apa yang hilang di sekitar kita, yaitu keragaman manusia yang luar biasa ini."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot