Tweet War : Donald Trump VS Hulk and Captain America - SEWURI | Berita Dalam dan Luar Negeri

News

Post Top Ad

Your Ad Spot

Sabtu, 20 Januari 2018

Tweet War : Donald Trump VS Hulk and Captain America

Sewuri - Presiden Amerika Serikat Donald Trump jadi bulan-bulanan warganya di Twitter. Bahkan Mark Ruffalo, sang pemeran Hulk di film Avengers, pun ikut berang dan menyuarakan #TrumpShutdown.



Ini bukan pertama kalinya Ruffalo menyuarakan protes terhadap kepemimpinan Trump. Ia dan sejumlah selebritas di Hollywood pun juga merasa gerah dengan kebijakan sang presiden asal Partai Republik tersebut.

Bahkan, pemeran Captain America, Chris Evans, pun sudah sering kali dibuat kesal oleh Donald Trump. Ia berulang kali mengkritik Trump lewat akun Twitter miliknya.



Netizen pun langsung gerak cepat bikin ilustrasi Trump dihajar oleh Captain America.



Aksi protes #TrumpShutdown seharian jadi trending topic di Amerika Serikat. Sejumlah warganet dan para politisi yang menentang Trump pun ikut ramai bersuara di Twitter.




This will be called the . There is no one who deserves the blame for the position we find ourselves in more than President Trump.



The President said he was going to run America like his businesses. Apparently we have reached the part where he would usually just declare bankruptcy and run away.





Trump is planning to slash the budget of the Office of National Drug Control Policy by 95%, in what marks his admin’s 2nd attempt to gut the office responsible for coordinating the response to the crisis http://politi.co/2mTYl17 


Mereka ramai menyuarakan pendapatnya soal tidak tercapainya kesepakatan antara Partai Republik dan Partai Demokrat di Senat yang membuat buntunya pembahasan rencana anggaran federal Amerika Serikat.

Donald Trump Bikin 'Hulk' dan 'Captain America' MengamukFoto: Ist/Internet
Trump pun tak mau kalah gertak. Ia pun balas menyerang suara oposisi yang menentangnya. Lewat akun Twitter pula ia mencecar balik dengan mengusung tagar #DemocratShutdown.


Democrats are far more concerned with Illegal Immigrants than they are with our great Military or Safety at our dangerous Southern Border. They could have easily made a deal but decided to play Shutdown politics instead. in order to power through mess!





For those asking, the Republicans only have 51 votes in the Senate, and they need 60. That is why we need to win more Republicans in 2018 Election! We can then be even tougher on Crime (and Border), and even better to our Military & Veterans!


Perlu diketahui, terhitung sejak Sabtu (20/1/2018), pemerintah federal AS tutup atau mengalami 'shutdown'. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya anggaran negara untuk menjalankan pemerintahan.

Voting yang digelar di Senat pada Jumat malam waktu setempat, gagal meloloskan rencana anggaran pengganti atau 'stopgap spending bill' yang mengatur dana tambahan agar pemerintah federal AS bisa terus berjalan hingga 16 Februari nanti. 

Dari total 100 kursi, Republikan memiliki satu kursi lebih banyak dari Demokrat di Senat. Namun dalam voting pada Jumat malam, target mayoritas 60 suara gagal dicapai Republikan. Lebih dari 40 Senator memilih tidak meloloskan rencana anggaran itu. 

Pembahasan rencana anggaran dalam Kongres AS selalu dibayangi penutupan pemerintahan sejak tahun fiskal baru yang dimulai Oktober 2017. Sejak saat itu hingga kini, pemerintah federal AS terus beroperasi dengan menggunakan anggaran pengganti. 

Sejauh ini sudah ada tiga rencana anggaran pengganti yang diajukan. Dua rencana anggaran pengganti selalu diloloskan Senat AS. Namun untuk yang ketiga, akhirnya gagal diloloskan.

Debat Sengit Soal Imigran

Sebulan terakhir, perdebatan sengit di Kongres AS fokus pada isu imigrasi. Dengan kalangan Demokrat ingin agar rencana anggaran yang diajukan pemerintah Trump juga mencakup anggaran untuk melindungi 700 ribu imigran ilegal yang terancam dideportasi di bawah pemerintahannya. Kalangan Republikan menolak mentah-mentah tuntutan itu. 

Para imigran ilegal yang terancam dideportasi itu dikenal sebagai kelompok 'Dreamers', yakni imigran yang masuk secara ilegal ke AS sebagai anak-anak bersama orang tua mereka. Kebanyakan datang dari Meksiko dan Amerika Tengah. 

Di bawah program Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA) pada era Presiden Barack Obama, para imigran ilegal ini mendapat status legal sementara di AS. Namun program DACA dihentikan pemerintahan Trump sejak September 2017. Trump memberikan waktu kepada Kongres AS hingga 5 Maret untuk membahas program pengganti. 

Dengan ditutupnya pemerintahan AS, maka ratusan ribu pekerja federal AS tidak akan bisa bekerja. Para pekerja federal pada lembaga-lembaga yang dianggap 'tidak penting' akan dirumahkan sementara, tanpa mendapat bayaran, hingga penutupan diakhiri. 

Sedangkan para pekerja federal pada lembaga-lembaga esensial terkait keamanan nasional juga militer AS, akan tetap bekerja namun tanpa bayaran. Gedung Putih, Kongres AS, Departemen Luar Negeri dan Pentagon akan tetap beroperasi, namun beberapa staf mungkin harus cuti tanpa bayaran.

Sejak tahun 1990, telah terjadi sedikitnya empat kali penutupan pemerintah AS. Terakhir kali, pemerintah AS tutup tahun 2013 saat era Presiden Barack Obama. Saat itu, pemerintahan federal AS tidak beroperasi selama 16 hari. Ada potensi kerugian hingga USD 2 miliar atau sekitar Rp 26 triliun gara-gara berhentinya produktivitas masyarakat AS berdasarkan data Office of Management and Budget.(rou/rou)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot